Rabu, 18 Februari 2015



Gisting adalah nama sebuah desa, desa besar, yang sekarang telah mekar menjadi 5 desa, yaitu desa Gisting Permai, Gisting Atas, Gisting Bawah, Lambau  (aslinya Landsbouw) dan Campang. Jangan-jangan tidak ada desa lain di seluruh Nusantara yang bernama Gisting, yan sekarang sudah berkembang menjadi satu kecamatan. Ditinjau dari letak, cuaca, lingkungan alam dan sosialnya kayanya tempat ini memiliki kepantasan  di sebut senagai a worth visiting ressort/suatu tempat yang pantas buat di kunjungi buat mereka yang ingin melepaskan diri sejenak dari  kesibukan dan panasnya kehidupan kota. Agar jelasnya baiklah dipaparkan sedikit tentang Gisting dan inilah konon ceritanya ..............

Gisting yang terletak pada ketinggian sekitar 600 meter lebih dari permukaan laut berada di lereng gunung Tanggamus yang puncaknya setinggi 1900 meter di atas permukaan laut dengan suhu sekitar 18C pada waktu malam, menyimpan sejarah yang unik. Gisting pertama kali dibuka pada tahun 1932 oleh sekelompok orang swasta Belanda yang tergabung dalan “Indo Eerropeesche Vereniging” atau “Perkumpulan Orang-orang Indonesia / Keturunan Eropa”.Mereka mendapat izin/konsesi tanah dari pemerintahan Hindia Belanda dan mungkin juga kredit Bank untuk membuka perkebunan kopi di Gisting ini. Nama Gisting konon di ambil dari nama sebuah kota kecil/desa di perbatasan Belanda dan Jerman. Sebagian dari nama tuan-tuan pemilik kebun masih melekat sebagai nama-nama tempat di Gisting sekarang ini seperti blok Grim, Dusun Bruikmeyer, Desa Landsbouw (kantor konsultan perkebunan), nama orang seperti tuan Khloer, Pak De Youngg, dll. Penduduk pertama Gisting masa itu adalah orang Belanda tuan-tuan perkebunan beserta keluarganya dan para pekerja mereka yang sebagian terbesar berasal dari pulau Jawa. Kemudian penduduk asli Lampung dari daerah Putihdoh/Cukuh Balak masuk dari pinggiran pantai membuka kebun, sawah dan membangun pemukiman di daerah Gisting. Anak cucu mereka merupakan mayoritas penduduk pekon-pekon Kutadalom, Banjarmanis, Bajarnegri dll.

Ketika pada tahun 1942 pemerintah hindia Belanda bertekuk lutut menyerah tapa syarat kepada balatentara jepang di bawah pimpinan Jendral Imamura, semua tuan-tuan kebun kopi yang ada di Gisting di tanggkap dan ditawan dan tidak pernah kembali ke Gisting sesudah Jepang menyerah kepada sekutu; Kecuali satu keluarga keturunan jerman yang tidak di tangkap oleh Jepang karena Jerman merupakan sekutu Jepang. Bagaimana nasib Gisting ?
Sama halnya dengan seluruh Indonesia, tentu saja Gisting jatuh ke tangan Jepang.

Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 dan berdirilah Negara Republik Indonesi pada tanggal 17 Agustus 1945. Menteri Sosial RI yang pertama membentuk badan yang bernama Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang tugasnya mengurusi a.l orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang dan bekas Romusha yaitu orang Indonesia, terutama orang Jawa yang kena wajib kerja paksa, kerja sangat berat tanpa upah, tanpa jaminan makan dan kesehatan semestinya. Jawatan Sosial Provinsi / BPKKP Sumatera Selatan waktu itu mengirimkan serombongan bekas Romusha yang berasal dari Jawa untuk di kembalikan ke kampung halaman mereka. Setibanya di Lampung rombongan eks Romusha yang dengan pakaian compang-camping serta kondisi kesehatan mereka yang sangat menyedihkan, sebelum melanjutkan perjalanan ke Jawa untuk sementara di istirahatkan di Gisting. Banyak di antara mereka yang enggan pulang ke Jawa dan ingin menetap di Gisting. Kepada mereka, pemerintah memberi modal tanah garapan a.l bekas kebun kopi milik Belanda yang sudah ditinggalkan. Mereka ini, menamakan dirinya orang BPKKP merupakan rombongan kedua asal muasal penduduk Gisting.

Sesuai perang kemerdekaan 1945-1949 pemerintah RI mempertimbangkan bahwa jumlah anggota TNI yang telah berperang selama hampir 5 tahun di anggap terlalu banyak dan harus dikurangi. Tindakan pengurangan jumlah TNI ini terkenal dengan istilah Rasionalisasi. Mereka yang terkea Rasionalisasi ini dikeluarkan dari TNI dan disatukan dalam pasukan Corps Cadangan Nasional (CTN). Mereka direkrut, dibekali keterampilan, peralatan, tanah garapan, peminaan dan masih di gaji selama 2 tahun, untuk menjadi petani-petani yang handal di luar Pulau Jawa. Di antara mereka ini 1 Batalion CTN dari Kodam Brawijaya Jawa Timur dikirim untuk bekarya dan menetap di Gisting. Seiring perjalanan waktu setelah beberapa tahun sebagian dari mereka meninggalkan Gisting dan sebagian yang lainnya tinggal menetap dan beranak-pinak di Gisting ini. Mereka ini merupakan rombongan ketiga asal mula penduduk Gisting.

Pribahasa mengatakan "ada gula ada semut" maka Gisting yang manis ini menarik banyak orang dari mana-mana, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumtera Barat, dll. Mereka berdatangan untuk menetap di Gisting. Dalam waktu sekitar dua decade sampai tahun 1970 Gisting telah mulai berkembang menjadi kawasan yang maju, dinamik, ilmiah, indah, nyaman, ramah, aman, damai, dan makmur.

Bagaimana Gisting hari ini ? Gisting yang meliputi area sekitar km persegi dengan penduduk kurang lebih ribu orang, dibelah oleh jalan raya menanjak menuju ke Kota Agung terus ke Krui dan Bengkulu. Di sebelah kanan dan kiri jalan sepanjang 3 km lebih sebagian besar rumah-rumah penduduk telah berubah menjadi tempat usaha warung makan, toko, kios, salon, counter, bengkel, hotel, bank, pasar, ini adalah pertanda pertumbuhan kegiatan ekonomi masyarakat yang baik. Sekolah-sekolah dari SD sampai ke SLTA-SMA, MA semuanya swasta dengan gedung-gedung yang baik berkembangan dengan memadai. Puluhan masjid dan mushola diseling gereja-gereja ada di mana-mana. Rumah-rumah penduduk dengan model masa kini berjejer di kiri kanan jalan-jalan kampung yang beraspal mulus.

Apa yang pantas disuguhkan oleh Gisting kepada para tamu wisata ?
Udara yang segar dan nyaman. Suasana yang tenang dan damai. Alam yang hijau segar, pemandangan Gunung Tanggamus di waktu pagi yang menawan. Hotel-hotel "Gisting Hotel, VIP Hotel, Hotel 21, Hotel Hosana" yang cukup representativ. Kolam renang standar bagi para perenang. Lapangan footsal di mana-mana. Tempat santap sederhana yang nyaman di sepanjang jalan yang siap melayani anda dari jam 07.00 pagi sampai jam 00.00 malam. Pada setiap malam minggu akhir bulan anda bisa menyanyi dan menikmati lagu-lagu keroncong bersama Komunitas Keroncong Gisting. Kepada rombongan yang berminat bisa menyaksikan pertunjukan Reog Ponorogo dan Kuda Kepang dengan memesan seminggu sebelumnya. Bagi mereka yang hoby memancing tersedia kolam-kolam pemancingan di sekitar hotel, dan bagi putera-puteri anda tersedia tempat rekreasi dan hiburan air, kolam bola, perahu karet, cycling boat, dll. Di danau buatan WATER VAN DE BERG DAM (DAM : Air dari Gunung, dalam bahasa Belanda ),300 meter dari hotel anda. Demikianlah, semoga abda tertarik dan mencoba mengunjungi nya.

SELAMAT DATANG, WISATA DAM MENANTI ANDA :)